Sabtu, 27 November 2010

Misteri Batu Berjalan

Posted by with 1 comment
Percayakah kalian dengan misteri batu meluncur atau batu berjalan? batu berjalan menjadi salah satu misteri yang paling menarik dari Death Valley National Park, tepatnya di danau kering Racetrack Playa, California-AS. Batu berjalan itu dapat ditemukan dengan mudah di permukaan Playa dengan jejak panjang di belakangnya.

Bagaimana mereka dapat bergerak atau berpindah, masih menjadi misteri besar di benak para peneliti. Pasalnya, batu yang berjalan tidak hanya batu kecil yang mudah tertiup oleh angin. Ada beberapa batu besar dengan berat ratusan kilogram yang juga turut "berjalan".

Pertanyaan besar yang tentu saja akan muncul kemudian: bagaimana cara mereke bergerak? Ini menjadi tantangan besar bagi para peneliti. Mengapa fenomena ini menjadi misteri? Karena, tidak ada satu orang pun yang pernah melihat ia berjalan.

Sampai hari ini, faktanya adalah tidak ada seorang atau satu organisasi pun yang mengetahui bagaimana batu-batu itu bisa berpindah tempat, meski beberapa orang sudah mempunyai penjelasannya masing-masing menurut nalar. Menarik untuk disimak.
Batu berjalan di Racetrack PlayaTapi, sebelumnya, sekadar diketahui apa dan di mana Racetrack Playa. Racetrack Playa adalah danau kering yang datar dengan panjang empat kilometer dan lebar sekitar dua kilometer. Terletak di California-AS, permukaannya terdiri dari batuan sedimen yang terbuat dari lumpur dan tanah liat.

Iklim di daerah ini juga kering. Hujan hanya terjadi beberapa inci per tahun. Namun, saat hujan, pegunungan terjal yang mengelilingi Racetrack Playa akan menyuplai air ke permukaan danau dan menyulapnya menjadi danau dangkal yang sangat luas. Sayangnya, ini hanya bertahan beberapa hari saja. Setelah itu, dalam keadaan basah, permukaannya berubah menjadi lumpur yang lembut dan licin.

Ada beberapa asumsi atau penjelasan tentang mengapa batu-batu di Racetrack Playa dapat berjalan. Semua penjelasan tersebut masuk akal. Bisa jadi Anda setuju dengan salah satunya. Namun, sampai saat ini belum ada yang dapat membuktikannya bersama-sama secara ilmiah.
Apakah mereka digerakkan oleh manusia atau hewan?
Jejak yang terbentuk di belakang batu menunjukkan bahwa batu-batu berjalan itu berpindah saat permukaan Racetrack Playa masih ditutupi dengan lumpur yang sangat lembut. Dan, di sekitar jejak batu, tidak ada lumpur yang rusak akibat jejak makhluk hidup lainnya. Artinya, sangat kecil kemungkinan batu tersebut dipindahkan oleh manusia dan hewan.
Apakah mereka digerakkan oleh angin?
Ini penjelasan paling favorit dan dipilih banyak orang karena dinilai paling mungkin. Bukan asal tebak atau sekedar menerka-nerka. Tapi, jika dipelajari dari jejak batu yang berjalan, arahnya sejajar dengan arah angin yang berhembus di Racetrack Playa, yakni dari barat daya ke arah timur laut.

Hembusan angin kencang diperkirakan mampu menyenggol batu sampai berpindah tempat. Kurva pada jejak batu tersebut dibentuk oleh pergeseran arah angin yang membawanya, karena interaksi angin dan batu tidak teratur.
Batu berjalan di Racetrack PlayaApakah mereka digerakkan oleh es?
Beberapa orang mengaku sempat menyaksikan Racetrack Playa tertutup oleh lapisan es tipis. Idenya, air membeku di sekitar batu. Lalu, angin berhembus di atas permukaan es dan menyeret lapisan es berikut batu yang tertancap di permukaan es.

Beberapa penelitian telah menemukan jejak sangat kongruen pada beberapa batu. Namun, seharusnya pengangkutan lapisan es besar diharapkan meninggalkan tanda para permukaan Playa. Sampai saat ini, tanda tersebut belum bisa dibuktikan.

Mungkin Anda setuju dengan salah satu dari beberapa penjelasan di atas. Atau, tidak ada salahnya jika Anda mempunyai penjelasan lain yang berbeda. Tetapi, mungkin cerita ini akan tetap menarik jika jawabannya tidak pernah diketahui dan menjadi misteri.



teknologi.vivanews.com

Jumat, 19 November 2010

Vampir

Posted by with No comments

Vampir adalah tokoh dalam mitologi dan legenda yang hidup dengan memakan intisari kehidupan (biasanya dalam bentuk darah) dari makhluk hidup lain.Meskipun kepercayaan terhadap setan penghisap darah terdapat dalam berbagai budaya dan telah ada sejak zaman kuno, istilah vampir sendiri baru populer pada awal abad ke-18 setelah masuknya legenda vampir ke Eropa Barat dari daerah Balkan dan Eropa Timur. Di daerah-daerah tersebut juga terdapat legenda mengenai makhluk-makhluk seperti vampir, misalnya vrykolakas di Yunani dan strigoi di Rumania yang juga ikut meningkatkan kepercayaan vampir di Eropa.

Vampir dalam legenda Balkan dan Eropa Timur memiliki penampilan yang beragam (mulai dari makhluk mirip manusia sampai mayat hidup) sedangkan di Eropa Barat, vampir digambarkan sebagai makhluk yang berpenampilan rapi dan mewah. Adalah cerita The Vampyre (1819) karangan John Polidori yang membentuk citra tersebut. Karya tersebut dianggap sebagai karya tentang vampir yang paling berpengaruh di awal abad ke19 dan telah mengilhami karya-karya selanjutnya seperti Varney the Vampiredan bahkan Dracula.
Novel Dracula (1897) karya Bram Stoker dikenang sebagai karya klasik yang menjadi dasar bagi cerita vampir di masa modern. Novel Dracula mengambil unsur dari legenda manusia serigala dan setan sejenisnya, dan menggabungkannya dengan konsep keabadiaan serta sistem masyarakat masa Victoria. Suksesnya buku ini memicu munculnya genre vampir yang masih tetap populer hingga saat ini melalui buku, film, permainan video, dan acara televisi. Vampir juga telah menjadi figur dominan dalam genre horor.

Vampir umumnya diceritakan keluar dari makamnya pada malam hari untuk menggigit orang-orang dengan taringnya yang panjang dan mengisap darah mereka. Korban yang digigitnya biasanya akan menjadi vampir juga. Menurut beberapa mitos, vampir tidak tampak di cermin karena mereka tidak memiliki jiwa. Dalam cerita fiksi modern, vampir bisa menjelma menjadi kelelawar, serigala, bahkan gumpalan gas, dan harus menjauhkan diri dari sinar matahari.
Kata vampire dalam bahasa Inggris pertama kali muncul pada tahun 1734 dalam sebuah cerita berjudul Travels of Three English Gentlemen yang diterbitkan dalam Harleian Miscellany pada tahun 1745. Setelah Austria menguasai daerah utara Serbia dan Oltenia pada 1718, pejabat setempat menyadari adanya masyarakat lokal yang melakukan praktik penggalian jenazah dan "pembunuhan vampir". Laporan ini kemudian disebarkan ke masarakat luas.
Istilah bahasa Inggris, vampire, berasal dari bahasa Jerman vampir (kemungkinan melalui bahasa Perancis: vampyre). Bahasa Jerman sendiri mengambilnya pada awal abad ke-18 dari bahasa Serbia, вампир/vampir. Istilah tersebut masuk ke bahasa Jerman pada masa ketika Serbia masuk dalam Kekaisaran Austria, pada saat itu diceritakan adanya seorang vampir bernama Arnold Paole.
Kepercayaan terhadap vampir telah ada selama berabad-abad. Kebudayaan Mesopotamia (termasuk Lilith dan Edimmu dalam mitologi Sumeria, Assyria, dan Babylonia), Yahudi, Yunani kuno, dan Romawi kuno menceritakan mengenai setan atau roh yang mirip dengan vampir modern. Tetapi vampir yang dikenal sekarang berasal dari Eropa Tenggara abad ke-18. Dalam sebagian besar cerita rakyat, vampir adalah mayat hidup, korban bunuh diri, atau penyihir tetapi vampir juga bisa diciptakan dari roh jahat yang masuk ke suatu mayat dan melalui gigitan vampir lain. Legenda ini semakin lama semakin meluas dan bahkan di beberapa daerah menyebabkan histeria massal dan beberapa orang dituduh sebagai vampir.
Dalam legenda-legenda di Eropa, vampir biasanya digambarkan bertubuh membengkak dari tubuh normal dan berwarna merah gelap. Dalam peti matinya, vampir mengeluarkan darah dari mulut dan hidungnya dan kadang-kadang dengan mata kiri yang terbuka.Setelah dikubur, mayat yang merupakan vampir tetap mengalami pertumbuhan gigi, rambut, dan kuku

Cara membunuh Vampir
Cara yang digunakan untuk membunuh vampir sangat bervarisi dan sebagian besar berasal dari budaya Slavia selatan. Di Rusia dan negara-negara Baltik, digunakan tanaman Ash, di Serbia digunakan tanaman Hawthorn, dan ek di Silesia. Vampir yang menjadi sasaran ditusuk di bagian jantungnya, meskipun di Rusia dan Jerman utara yang diserang adalah mulutnya sedangkan di bagian timur laut Serbia yang menjadi sasaran adalah perutnya. Menusuk dada vampir adalah suatu cara untuk "mengempiskan" vampir; Cara ini serupa dengan mengubur benda tajam seperti arit sehingga vampir akan tertusuk benda tersebut ketika vampir tersebut membengkak. Pemenggalan sering dilakukan di Jerman dan daerah Slavia barat dengan kepala sang vampir dikubur terpisah dari tubuhnya. Cara ini dilakukan untuk mempercepat perginya roh dari tubuh. Kepala, tubuh, dan pakaian vampir juga dipaku ke tanah agar vampir tersebut tidak bisa bangkit lagi.
Orang-orang Gipsi memasukan besi atau jarum ke dalam jantung mayat dan memasang besi di mulut, mata, telinga, dan jari-jari mayat ketika penguburan. Mereka juga memasukan tanaman Hawthorn ke dalam kaus kaki mayat. Cara-cara yang lainnya adalah dengan menuangkan air mendidih di atas makam atau membakar mayat sampai menjadi abu. Di Balkan, vampir juga bisa dibunuh dengan ditembak, ditenggelamkan, diulangi penguburannya, diperciki air suci, atau dengan eksorsisme. Di Rumania, bawang putih ditaruh di mulut mayat dan pada abad ke-19 dilakukan penembakan pada peti mati untuk mencegah munculnya vampir. Dalam kasus tertentu, tubuh vampir dipotong-potong dan dibakar. Di daerah Sakson di Jerman, buah lemon ditaruh di mulut mayat yang dicurigai sebagai vampir.

Sabtu, 13 November 2010

Misteri Awan Petruk di Merapi

Posted by with No comments

Sebelumnya saya turut berduka cita terhadap korban bencana gunung Merapi di Yogyakarta semoga bagi yang meniggal arwahnya di terima disisi tuhan dan bagi yang di tinggalkan di beri ketabahan. sewaktu saya nonton tv saya melihat dalam sebuah acara membahas tentang sosok asap gunung merapi membentu petruk langsung saya surfing eh ketemu Munculnya awan yang mirip Petruk, tokoh punakawan dalam dunia pewayangan di Merapi-- yang direkam warga Magelang, Suswanto--menimbulkan berbagai spekulasi.
Banyak yang percaya dan  banyak pula yang tidak percaya. Ada yang percaya bahwa awan itu menunjukkan sesuatu, adapula pula yang menganggapnya sebagai awan yang biasa-biasa saja.
Sultan Hamengkubuwono X menganggap awan itu cuma kebetulan saja. Dan jangan dianggap akan menunjukkan sesuatu. Hidung Pinokio, kata Sultan, juga panjang. Baca penjelasan Sultan itu di sini
Senada dengan Sultan, Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan  Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Subandrio, menegaskan bahwa itu awan yang biasa-biasa saja. Dia menilai bahwa awan itu bukan pertanda apa-apa, apalagi tanda letusan. "Jelas bukan," kata Subandrio saat dihubungi VIVAnews.
Yang percaya menganggap bahwa awan itu menunjukkan sesuatu. Hidung panjang yang menggarah ke kanan, juga menimbulkan penafsiran tersendiri. Sebab dalam dunia pewayangan Petruk selalu menoleh ke kiri.
 "Petruk dalam masyarakat Jawa khususnya dunia pewayangan dilambangkan sebagai rakyat. Namun ketika dimainkan Dalang, wajah atau hidung petruk selalu menghadap ke kiri ke arah dalang, bukan ke arah sebaliknya," kata mantan Guru Besar Ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada, Prof. Damarjati Supadjar saat dihubungi VIVAnews.com, Rabu, 3 November 2010.


Menurut dia, jika wajah petruk sudah mengarah ke kanan,  itu merupakan lambang kemarahan. Petruk yang dijadikan sebagai lambang rakyat itu melambangkan kemarahan rakyat terhadap pemimpinnya.


Lalu apa maksud penampakan awan Mbah Petruk di atas Merapi? Ia menilai foto itu sebagai pertanda akan kemarahan rakyat akan sebuah penindasan, kemiskinan, ketidakadilan, dan ketidaksejahteran yang telah dilakukan oleh pemimpinnya. 



"Arah wajah Petruk ke kanan itu memang mengarah ke arah selatan sisi Merapi yakni Sleman, Yogyakarta. Jadi luapan kemarahan itu akan lebih dikeluarkan ke arah Selatan," jelas pria yang juga penasehat Keraton Yogyakarta ini.


Damarjati menambahkan, aktivitas Gunung Merapi yang tak henti-hentinya mengeluarkan awan panas merupakan ibarat kemarahan yang luar biasa dari rakyat terhadap si penguasa. "Jadi wajar jika aktivitas Merapi terus meningkat dan tidak dapat dihentikan," imbuhnya.


Di balik itu semua, Damarjati berharap ini menjadi sebuah pelajaran penting bagi pemimpin agar tidak lupa akan janji-janjinya terhadap rakyat. Bagi masyarakat di lereng Merapi, sosok Petruk memiliki mitos dan misteri sendiri. Mereka menyakini Gunung Merapi dikuasai sosok gaib yaitu Mbah Petruk. Mitos itu dipercaya secara turun-temurun.
Subandrio mengaku bahwa dia memahami banyak cerita yang beredar di kalangan masyarakat. Mistik atau tidak, tergantung orang melihatnya. 


"Kami memahami keyakinan mereka, tak menyalahkan. Itu belum hilang di masyarakat, termasuk masyarakat Selatan, masyarakat Utara dengan berbagai versi," tambah dia.


Cerita yang beredar ini adalah tantangan mitigasi bencana dari aspek sosial. "Tentang bagaimana mengubah pandangan masyarakat menjadi rasional, didasari ilmu pengetahuan. Ini tidak mudah," tambah dia.
Ke depan, tambah Subandrio, masyarakat akan diberi penjelasan tentang dampak meletusnya Gunung Merapi, dari berbagai skrenario.

Pulau Paskah

Posted by with No comments

Pulau Paskah (bahasa Polinesia: Rapa Nui, bahasa Spanyol: Isla de Pascua) adalah sebuah pulau milik Chili yang terletak di selatan Samudra Pasifik. Walaupun jaraknya 3.515 km sebelah barat Chili Daratan, secara administratif ia termasuk dalam ProvinsiValparaiso. Pulau Paskah berbentuk seperti segitiga. Daratan terdekat yang berpenghuni ialah Pulau Pitcairn yang jaraknya 2.075 km sebelah barat. Luas Pulau Paskah sebesar 163,6 km². Menurut sensus 2002, populasinya berjumlah 3.791 jiwa yang mayoritasnya menetap di ibukota Hanga Roa. Pulau ini terkenal dengan banyaknya patung-patung (moai), patung berusia 400 tahun yang dipahat dari batu yang kini terletak di sepanjang garis pantai.

Orang yang pertama kali menempati Pulau Paskah adalah keturunan imigran dari Polinesia yang kemungkinan berasal dari Pulau Mangareva atau Pitcairn di sebelah barat. Sejarah pulau ini dapat dihubungkan berkat daftar raja Pulau Paskah yang telah direkonstruksi, lengkap dengan rangkaian peristiwa dan tanggal perkiraan sejak tahun 400. Penghuni asal Polinesia tersebut membawa sejumlah pisang, talas, ubi manis, tebu,bebesaran kertas (paper mulberry) dan ayam. Pada suatu masa, pulau ini menopang peradaban yang relatif maju dan kompleks. Ahli navigasi asal Belanda Jakob Roggeveen menemukan Pulau Paskah pada Hari Paskah tahun 1722. Roggeveen memperkirakan sekitar 2.000-3.000 orang menghuni pulau ini, tetapi ternyata jumlah penduduk mencapai 10.000-15.000 jiwa pada abad ke-16 dan 17. Peradaban Pulau Paskah telah merosot secara drastis semenjak 100 tahun sebelum kedatangan Belanda, terutama akibat terlalu padatnya jumlah penduduk, penebangan hutan dan eksploitasi sumber daya alam yang terbatas di pulau yang amat terisolasi ini. Namun, hingga pertengahan abad ke-19, populasi telah bertambah hingga mencapai 4.000 jiwa. Hanya berselang waktu 20 tahun kemudian, deportasi ke Peru dan Chili serta berbagai penyakit yang dibawa oleh orang Barat hampir memusnahkan seluruh populasi, dengan hanya 111 penduduk di pulau ini pada 1877. Pulau ini dianeksasi oleh Chili pada 1888 oleh Policarpo Toro. Jumlah penduduk asli suku Rapanui perlahan-lahan telah bertambah dari rekor terendah berjumlah 111 jiwa.

Perlu diketahui bahwa nama "Rapa Nui" bukan nama asli Pulau Paskah yang diberikan oleh suku Rapanui. Nama itu diciptakan oleh para imigran pekerja dari suku asli Rapa di Kepulauan Bass yang menyamakannya dengan kampung halamannya. Nama yang diberikan suku Rapanui bagi pulau ini adalah Te pito o te henua ("Puser Dunia") karena keterpencilannya, namun sebutan ini juga diambil dari lokasi lain, mungkin dari sebuah bangunan di Marquesas.

Peristiwa-peristiwa baru-baru ini telah menunjukkan peningkatan yang signifikan pada sektor pariwisata, ditambah dengan besarnya jumlah orang yang datang dari daratan Chili sehingga mengancam keidentikan Polinesia di Pulau Paskah. Masalah kepemilikan tanah telah menciptakan ketegangan politik pada 20 tahun terakhir, dengan beberapa suku asli Rapanui menentang properti pribadi melainkan setuju dengan tanah tradisional milik bersama. 


Pulau Paskah yang modern memiliki sedikit pepohonan. Pulau ini dulunya pernah mempunyai hutan pohon palem. Menurut pemikiran populer yang berkembang, para penghuni pertama pulau ini telah mengeksploitasi pepohonan di seluruh pulau untuk membuat tempat moai serta membangun perahu nelayan dan bangunan. Ada bukti yang menunjukkan gundulnya pulau ini bertepatan dengan runtuhnya peradaban Pulau Paskah. Konteks Midden pada waktu itu menunjukkan penurunan yang mendadak pada jumlah tulang ikan dan burung ketika para penduduk kehilangan akal untuk membangun kapal nelayan dan burung-burung kehilangan tempat sarang. Ayam dan tikus menjadi sarapan utama para manusia. Berdasarkan sisa-sisa manusia, ada bukti bahwa kanibalisme berlangsung.
Populasi kecil yang masih hidup berhasil mengembangkan tradisi baru untuk membagi-bagikan sumber yang tersisa sedikit. Pada grup pemuja manusia burung (manutara), sebuah pertandingan dibentuk manakala setiap tahunnya sebuah wakil dari setiap suku, yang dipilih oleh pemimpin masing-masing, menyelam ke laut dan berenang menuju Motu Nui, sebuah pulau kecil tetangga, untuk mencari telur pertama yang ditetaskan oleh seekor Sooty Tern pada musim menelur. Perenang pertama yang kembali dengan telur itu dapat mengontrol sumber pulau untuk sukunya selama tahun itu. Tradisi ini masih diterapkan pada saat bangsa Eropa mendarat di pulau ini.

Namun, penelitian baru memunculkan dugaan bahwa keadaan yang sesungguhnya justru lebih kompleks. Luasnya pulau yang dibersihkan dari pepohonan hanyalah salah satu ujung akhir dalam sebuah seri ketidakberuntungan yang dialami Pulau Paskah. Sebuah studi mengenai faktor-faktor lingkungan di 69 pulau-pulau di Pasifik mengatakan bahwa meskipun dipenuhi batu-batu pemujaan, para dewa ternyata marah terhadap pulau ini.
Pulau Paskah adalah daratan luas yang tidak subur dan kering. Tanahnya terlalu tandus untuk ditanami pohon-pohon kembali setelah tanaman asli dipanen. Pulau ini tidak mendapat keuntungan dari debu vulkanik yang subur seperti pulau-pulau lain. Jadi, sekali pulau itu dibersihkan, tidak ada harapan untuk pemulihan.

Ada berbagai lembaran (tablet) yang ditemukan di pulau yang berisikan tulisan misterius. Tulisan, yang dikenal dengan Rongorongo, belum dapat diuraikan walaupun berbagai generasi ahli bahasa telah berusaha. Seorang sarjana Hongaria, Wilhelm atau Guillaume de Hevesy, pada 1932 menarik perhatian tentang kesamaan antara beberapa karakter rongorongo Pulau Paskah dan tulisan pra-sejarah Lembah Indus di India, yang menghubungkan lusinan (sedkitnya 40) rongorongo dengan tanda cap dari Mohenjo-daro. Hubungan ini telah diterbitkan kembali di berbagai buku. Arti rongorongo kemungkinan ialah damai-damai, dan tulisannya mungkin mencatat dokumen perjanjian damai, misalnya antara yang bertelinga panjang dan penguasa bertelinga pendek. Namun, penjelasan tersebut masih dalam perdebatan.

Patung-patung besar dari batu, atau moai, yang menjadi simbol Pulau Paskah dipahat pada masa yang lebih dahulu dari yang diperkirakan. Arkeologis kini memperkirakan pemahatan tersebut berlangsung antara 1600 dan 1730, patung yang terakhir dipahat ketika Jakob Roggeveen menemukan pulau ini. Terdapat lebih dari 600 patung batu monolitis besar (moai). Walaupun bagian yang sering terlihat hanyalah "kepala", moai sebenarnya mempunyai batang tubuh yang lengkap; namun banyak moai yang telah tertimbun hingga lehernya. Kebanyakan dipahat dari batu di Rano Raraku. Tambang di sana sepertinya telah ditinggalkan dengan tiba-tiba, dengan patung-patung setengah jadi yang ditinggalkan di batu. Teori populer menyatakan bahwa moai tersebut dipahat oleh penduduk Polinesia (Rapanui) pada saat pulau ini kebanyakan berupa pepohonan dan sumber alam masih banyak yang menopang populasi 10.000-15.000 penduduk asli Rapanui. Mayoritas moai masih berdiri tegak ketika Roggeveen datang pada 1722. Kapten James Cook juga melihat banyak moai yang berdiri ketika dia mendarat di pulau pada 1774. Hingga abad ke-19, seluruh patung telah tumbang akibat peperangan internecine.
Nih foto-fotonya :






Minggu, 07 November 2010

Hantu Gedung Putih

Posted by with No comments

Sudah banyak yang tau bahwa ternyata gedung putih yang selama ini menjadi istana bagi Presiden Amerika behantu, konon sosok yang menghantui Gedung Putih Adalah hantu Abraham Lincoln. Dia muncul di ruangan tempat tidur Lincoln disimpan. Harry Truman pernah mendengar ketukan di pintu dan tidak menemukan orang di sana. 

Lincoln berkata untuk kembali ke Gedung Putih saat keamanan negara masih berisiko. Dia melangkah atas dan ke bawah lorong lantai dua, raps di pintu, dan berdiri di jendela tertentu dengan tangannya menggenggam di belakang punggungnya.Seorang anggota staf mengaku telah melihat Lincoln duduk di tempat tidurnya sedang menarik sepatu botnya. Seorang pengawal kepada Presiden Harrison menegaskan untuk berusaha terjaga selama malam untuk melindungi presiden dari jejak misterius ia mendengar di lorong. Dia menjadi sangat lelah dan khawatir, ia akhirnya menghadiri pemanggilan arwah untuk memohon Presiden Lincoln untuk berhenti agar dia bisa mendapatkan cukup tidur untuk benar melindungi presiden! hantu Abigail Adam terlihat hanyut melalui pintu-pintu tertutup East Room untuk menggantung cucian selama pemerintahan Taft. Seorang tukang kebun mengklaim telah berbicara dengan hantu Dolly Madison, yang ditegur dia untuk mencoba untuk menghilangkan mawar dari semak-semak ia telah menanam lebih dari seratus tahun yang lalu.
Pada tahun 1930 hantu Andrew Jackson bisa terdengar tertawa di ruang Rose. Pada tahun 1952, perbaikan ekstensif dilakukan ke lantai dua Gedung Putih. Sejak saat itu, kisah hantu tidak begutu terdengar.

Jumat, 05 November 2010

Misteri Hutan Aokigahara

Posted by with 3 comments
Lama ga posting nih, sekarang seya akan memberikan kisah hutan di Jepang yang menjadi trend untuk bunuh diri tepatnya di kaki Gunung Fuji, Jepang terdapat sebuah hutan seluas 32 kilometer persegi. Hutan itu bernama Aokigahara. Saking lebatnya, hutan itu dijuluki 'lautan pohon'. 

Hutan Aokigahara memiliki bebatuan yang indah dan gua-gua es yang beberapa diantaranya jadi destinasi wisata populer.

Namun, bukan itu yang paling menarik dari hutan itu. Tapi, fakta bahwa Hutan Aokigahara adalah tempat populer untuk bunuh diri.

Popularitas Hutan Aokigahara menjadi tempat bunuh diri diperkuat sebuah novel top 'Koroi Jukai' karya Seicho Matsumoto. Novel yang terbut 1960 menceritakan tentang dua orang yang dimabuk cinta berkomitmen menakhiri nyawa demi cinta di hutan tersebut.

Namun, sejarah Aokigahara sebagai tempat bunuh diri jauh sebelum novel itu beredar. Aura kematian sudah lama tercium dari hutan tersebut. Ritual 
ubasute -- menyepi hingga ajal-- dilakukan di hutan itu sejak abad ke 19.

Aokigahara bahkan disebut-sebut punya kaitan historis dengan setan atau hantu dalam mitologi Jepang.

Sejak tahun 1950, lebih dari 500 orang mengakhiri nyawanya di hutan ini, atau rata-rata 30 orang tiap tahun.

Pada tahun 2002, 78 mayat ditemukan gantung diri dan membusuk di hutan ini. Jumlah itu mengalahkan rekor sebelumnya, yakni 73 mayat pada 1998.

Pada 2003, jumlah bunuh diri naik menjadi 100 -- di tahun itulah pemerintah memutuskan menutup rapat-rapat informasi jumlah orang bunuh diri, untuk menurunkan popularitas Aokigahara sebagai lokasi bunuh diri.

Tingginya angka bunuh diri memicu pemerintah memasang papan imbauan larangan bunuh diri. Sejak tahun 1970, dibentuk tim yang terdiri dari polisi, relawan, dan jurnalis yang bertugas menyusur hutan mencari mayat-mayat.

Namun, kerja tim tersebut kalah berat ketimbang pekerja hutan. Merekalah yang bertugas membawa mayat dari hutan ke pos penjagaan hutan.

Tubuh mayat -- yang kadang sudah membusuk -- diletakkan di kamar khusus untuk para korban bunuh diri.

Para pekerja itu lalu hom-pim-pa, siapa yang kalah akan diberi tugas khusus -- tidur di ruangan bersama jenazah. 
Hah?

Sebab, diyakini akan berakibat buruk jika jenazah ditinggalkan sendirian. Arwah penasaran jenazah itu, 'yurei' akan menjerit-jerit sepanjang malam. Tak hanya itu, jenazah itu akan berpindah dengan sendirinya.

Segala upaya dilakukan untuk menghentikan bunuh diri di Hutan Aokigahara. Salah satunya memasang CCTV dan melacak orang yang akan menuju hutan angker tersebut.

"Terutama di Bulan Maret, akhir tahun fiskal. Lebih banyak orang datang ke Aokigahara karena buruknya kondisi ekonomi," kata pegawai pemerintahan Prefektur Yamanashi, Imasa Watanabe.

Popularitas Hutan Aokigahara kembali mencuat setelah rilis film 'Jyukai -- Lautan pohon di balik Gunung Fuji' karya sutradara Takimoto Tomoyuki.

Film itu bercerita tentang empat orang yang memutuskan mengakhiri hidupnya di Aokigahara.

Sutradara Takimoto sesumbar menemukan uang US$ 3.760 di sebuah dompet yang diduga milik orang yang bunuh diri.

Pernyataan Takimoto memicu rumor bahwa Aokigahara adalah 'surga' bagi para pemulung yang memunguti harta tertinggal milik korban bunuh diri. Apalagi, beberapa orang mengklaim menemukan kartu kredit, tiket kereta api berlangganan, dan surat izin mengemudi milik si mati.

Pada Maret 2009, 
kantor berita CNN memberitakan Hutan Aokigahara. Dalam berita tersebut, Aokigahara disebut sebagai tujuan bagi orang-orang yang tertekan dan tidak kuat menanggung realita hidup.

Angka kematian akibat bunuh diri di negara matahari terbit ini memang luar biasa -- terutama saat kondisi ekonomi mengalami penurunan.

Ada 2.645 kasus bunuh diri tercatat pada bulan Januari 2009, naik 15 persen dari 2.305 pada Januari 2008. Paling banyak adalah kelas pekerja.

Nih beberapa fotanya :







Source : Vivanews.com

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...